
Manajemen media sosial kini menjadi elemen penting dalam strategi pemasaran digital, baik untuk bisnis kecil maupun perusahaan besar. Namun, dalam praktiknya, banyak pelaku usaha maupun tim pemasaran yang masih melakukan kesalahan yang sebenarnya bisa dihindari. Kesalahan-kesalahan ini tidak hanya menghambat pertumbuhan akun media sosial, tetapi juga bisa berdampak pada citra brand secara keseluruhan.
Berikut beberapa kesalahan umum dalam manajemen media sosial dan cara efektif untuk menghindarinya:
1. Tidak Memiliki Strategi yang Jelas
Kesalahan paling umum menurut Win88 adalah mengelola media sosial tanpa tujuan dan strategi yang terarah. Banyak akun hanya mengunggah konten seadanya tanpa memperhatikan pesan yang ingin disampaikan atau siapa target audiensnya.
Solusi: Buatlah strategi media sosial yang mencakup tujuan (brand awareness, engagement, konversi, dll.), target audiens, jenis konten, jadwal posting, dan indikator keberhasilan (KPI). Strategi ini akan menjadi panduan agar setiap aktivitas lebih terukur dan efektif.
2. Terlalu Fokus pada Jumlah Followers
Banyak orang beranggapan bahwa semakin banyak followers, semakin sukses akun tersebut. Akibatnya, mereka tergoda untuk membeli followers atau menggunakan cara instan lainnya yang justru merugikan dalam jangka panjang.
Solusi: Fokuslah pada engagement dan kualitas interaksi. Followers yang sedikit namun aktif jauh lebih bernilai dibanding jumlah besar yang pasif. Bangun audiens organik dengan konten yang relevan dan bermanfaat.
3. Tidak Konsisten dalam Mengunggah Konten
Konsistensi adalah kunci menurut Win88 dalam membangun audiens yang loyal. Banyak akun media sosial yang aktif sejenak, lalu menghilang berminggu-minggu. Ini membuat audiens lupa dan kehilangan minat.
Solusi: Buat kalender konten dan jadwal posting yang realistis. Misalnya, satu konten setiap 2–3 hari. Gunakan tools seperti Meta Business Suite, Hootsuite, atau Buffer untuk menjadwalkan konten secara otomatis.
4. Mengabaikan Interaksi dengan Pengikut
Banyak brand yang hanya fokus pada posting, namun tidak merespons komentar, DM, atau mention dari audiens. Ini membuat akun terkesan dingin dan tidak peduli terhadap komunitasnya.
Solusi: Sisihkan waktu setiap hari untuk membalas komentar, menyapa pengikut, atau bahkan membagikan konten buatan pengguna (user-generated content). Respons cepat dan ramah akan meningkatkan kepercayaan dan kedekatan dengan audiens.
5. Tidak Menggunakan Data dan Insight
Tanpa mengevaluasi performa konten, akan sulit untuk mengetahui apa yang berhasil dan apa yang tidak. Banyak pengelola akun yang tidak memperhatikan insight atau analitik, sehingga terus-menerus mengulang kesalahan.
Solusi: Gunakan data dari platform seperti Instagram Insights atau Facebook Analytics untuk memahami konten mana yang paling disukai, waktu terbaik untuk posting, dan karakteristik audiens. Gunakan data ini untuk mengembangkan strategi berikutnya.
Tidak Menyesuaikan Konten dengan Karakter Platform
Setiap platform media sosial memiliki karakteristik dan gaya interaksi yang berbeda. Namun, banyak pelaku usaha masih menggunakan satu jenis konten yang sama di semua platform, tanpa modifikasi. Hasilnya? Konten terasa tidak relevan dan kurang menarik.
Solusi: Pelajari cara kerja masing-masing platform. Misalnya:
-
Instagram dan TikTok lebih cocok untuk visual yang kuat dan video singkat yang engaging.
-
Facebook efektif untuk postingan panjang dan komunitas.
-
LinkedIn ideal untuk konten profesional dan edukatif.
Sesuaikan caption, format visual, dan nada bicara (tone) agar sesuai dengan ekspektasi audiens di platform tersebut.
7. Terlalu Sering Hard Selling
Banyak akun media sosial bisnis terlalu sering mendorong penjualan secara langsung (hard selling), seperti “beli sekarang!”, “diskon besar!”, atau “promo terbatas!”. Meskipun promosi penting, jika terlalu sering dilakukan tanpa selingan konten bernilai, audiens bisa merasa jenuh dan akhirnya tidak tertarik lagi.
Solusi: Terapkan strategi 80/20, di mana 80% konten bersifat edukatif, menghibur, atau inspiratif, dan hanya 20% konten yang mempromosikan produk secara langsung. Ini membantu membangun hubungan jangka panjang dengan audiens, bukan hanya sekadar transaksi.